Beranda » Blog » Cara Menumbuhkan dan Melatih Budi Pekerti Murid

Cara Menumbuhkan dan Melatih Budi Pekerti Murid

Bagaimana cara anda menumbuhkan dan melatih budi pekerti murid selama ini? Setiap anak berhak mendapatkan pendidikan. Suatu pernyataan dalam UUD 1945 yang kembali memaknai betapa pentingnya pendidikan bagi setiap individu.

Salah satu tujuan penting dalam upaya mengatasi krisis akhlak dan budi pekerja adalah penerapan pendidikan berkarakter, pendidikan nilai, pendidikan moral, pendidikan akhlak dan pendidikan budi pekerti. Semuanya disatukan demi mendapatkan generasi terbaik untuk ikut berkontribusi terhadap kemajuan bangsa.

Dalam setiap proses pembelajaran, tentunya diawali dengan unit lembaga pendidikan terkecil yang bernama keluarga. Keluarga yang bagian intinya adalah orangtua, menjadi pemegang tampuk kekuasaan sekaligus navigator terhadap kehidupan anak.

Kemudian dilanjutkan dengan sekolah. Bagaimana guru dan orangtua ini bersinergi, berinovasi dan berkorban untuk mencetak generasi unggul yang berkompeten dalam menghadapi tantangan kekinian yang semakin kompleks.

Suatu ironi ketika tantangan kini tidak dihadapi dengan solusi yang mutahir. Begitu juga pendidikan anak di dalam sekolah. Kesalahan yang paling sering dilakukan dalam menangani pendidikan anak justru datang dari guru sendiri. Kalau ada praktik pendidikan kolonial yang pernah dilakukan selama menjadi guru, maka segera tinggalkan.

Hilangkan kesalahpahaman guru di era milenial dalam memaknai pendidikan anak, jangan hanya sebatas memberikan pendidikan formal kognitifnya saja dan mengingkari kebutuhan afektif rohaninya.

Cara Mendidik Anak Agar Berbudi Pekerti

Guru milenial yang hidup di zaman now, cenderung mengatasnamakan kepentingan karir dan pekerjaan untuk menutupi kekurangan skill dalam mendidik anak murid.

Orang tua juga banyak yang menitipkan anak kepada pengasuh, memasukkannya ke PAUD dan atau mendaftarkan ke Sekolah Dasar lebih dini merupkan sebagian langkah antisipatif orangtua dalam menghadapi ketidakberdayaan mendidik anak.

Walaupun terkesan klise, ini adalah fakta yang terjadi belakangan ini. Orangtua juga lebih senang melihat anak berproduksi menghasilkan prestasi yang mereka sendiri tidak tahu apakah itu baik atau tidak bagi perkembangan buah hatinya.

Dengan kemajuan teknologi saat ini, media apa yang akan anda gunakan untuk mengasah keterampilan abad ke-21 murid anda? Tentu saja penggunaan smartphone tidak bisa dihindarkan.

Laptop, komputer atau tablet juga bisa jadi media pembelajaran pengganti fisik kertas. Selain itu, ada banyak aplikasi dan video pembelajaran yang bisa digunakan untuk mengasah skill anak

Untuk mengajari anak tentang budi pekerti, ada beberapa cara yang dapat kamu lakukan:

Menjadi contoh yang baik

Anak-anak sering mencontoh perilaku orang tua atau orang dewasa di sekitarnya. Oleh karena itu, penting bagi kamu untuk menjadi contoh yang baik bagi anak mu dengan menunjukkan perilaku yang baik dan sopan.

Menjelaskan arti dan manfaat budi pekerti

Bantu anak mu memahami arti dan manfaat dari budi pekerti dengan menjelaskan konsep-konsep seperti kebaikan, kejujuran, dan keadilan.

Mengenalkan nilai Agama sejak dini

Ada banyak orang tua yang cukup sibuk bekerja dan melupakan esensi pembalajaran agama sejak dini bagi anak mereka. Alhasil, anak anak ini tumbuh tanpa karakter dan budi pekerti yang cukup. Jadi pastikan kamu punya waktu untuk mengajari anak anak mu tentang nilai nilai kebaikan dari agama.

Memberikan pujian dan hadiah

Gunakan pujian dan hadiah sebagai cara untuk memberi motivasi kepada anak mu untuk terus menunjukkan perilaku yang baik. Ini sebagai pembuktian bahwa dia berbuat baik akan dapat hadiah walau tidak selamanya begitu

Menyiapkan situasi yang tepat

Berikan kesempatan kepada anak mu untuk berlatih perilaku yang baik dalam situasi yang sesuai, seperti saat bermain bersama teman atau saat berbelanja di toko.

Memberikan teguran dan hukuman yang sesuai

Jika anak mu melakukan kesalahan, jangan ragu untuk memberikan teguran atau hukuman yang sesuai. Ini akan membantu anak mu memahami bahwa perilaku yang tidak baik tidak dapat diterima.

Menyediakan sumber belajar yang berguna

Bantu anak mu memperoleh pengetahuan tentang budi pekerti dengan menyediakan sumber belajar seperti buku atau video yang menarik dan bermanfaat.

Berdiskusi dengan anak

Jangan ragu untuk berdiskusi dengan anak mu tentang budi pekerti dan memberikan dukungan dan bimbingan yang diperlukan. Ini akan membantu anak mu memahami konsep-konsep yang lebih mendalam tentang budi pekerti.

Post test mendidik dan melatih kecerdasan budi pekerti

Zaman teknologi informasi semakin melaju. Murid milenial dengan pemikiran “canggih” nya tidak akan bisa lagi berbaur dengan guru kolot yang hanya membahas tugas atau materi sekolah

Dibutuhkan sekedar curhat mengenai guru dan teman sebangkunya. Untuk mempersiapkan dan merangkai strategi pembelajaran yang efektif, maka mengerjakan post test mendidik dan melatih pada platform merdeka belajar bisa dilakukan.

Menjadikan teknologi sebagai pembantu

Kini ada begitu banyak startup pembelajaran online dengan media website yang menyajikan konten pelajaran berupa teks, video dan presentasi kemudian diunduh dan disimpan kedalam gadget anak.

Atau penggunaan aplikasi simulasi belajar yang dinilai lebih efektif membantu anak dalam memahami pelajaran. Sebagai orangtua fitur seperti ini memang harus dimanfaatkan.

Tentu saja guru juga tidak bisa menahan diri dari teknologi. Bukan hanya budak teknologi saja, guru milenial yang terbukti kolot dibanding anak, harus bisa mengantisipasi gap technology yang memungkinkan terjadinya penyalahgunaan wewenang oleh anak.

Setidaknya kita bersama merumuskan beberapa langkah solutif yang bisa diterapkan untuk meningkatkan peran orangtua dalam pendidikan anak kini.

Namun disatu sisi, orangtua juga harus paham betul bahwa teknologi dan perangkat turunannya mestilah dijadikan sebagai pembantu (karena fungsinya sebagai alat) bukan malah justru mengganti peran utama dalam proses pembelajaran anak.

Sebagai contoh bagaimana sekolah kini memperlakukan anak muridnya dengan memberikan gadget pada usia dini. Alih – alih supaya melek teknologi, anak justru gagap dan tenggelam dalam dunianya sendiri. Gadget yang seharusnya digunakan untuk mempermudah pembelajaran tersebut, kini menjadi alat pelampiasan kebosanannya.

Guru juga harus bisa memberikan aturan ketat mengenai penggunaan gadget di sekolah. Berikan pengawasan ganda memastikan bahwa anak benar-benar membuka informasi yang ditujukan sedari awal sebagai pembelajaran online.

Install juga aplikasi controlling yang bisa mengawasi aktifitas didalam gadget anak. Selepas itu berikan jatah konsumsi gadget per harinya. Sehingga seperti yang diharapkan, kita bisa mempergunakan teknologi dengan benar dan mengambil manfaatnya.

Open minded antar Seisi Kelas

Pemikiran yang transparan adalah modal dari kondisi kelas yang rukun dan bahagia. Dalam pelaksanaannya, guru harus mampu merangsang anak didik untuk bercerita segala peristiwa penting yang didapat dari sekolah dan pergaulannya.

Hal tersebut hanya dapat terwujud bila anak merasa dekat dengan guru. Hal inilah yang kemudian menjadi tantangan bagi guru milenial dalam memberlakukan quality time bersama anak didik.

Berikan waktu berbicara khusus seperti di pagi hari sebelum masuk kelas atau setelah keluar, ketika melakukan sesi konsultasi, atau selama jam istirahat.

Waktu singkat yang diolah secara berkesinambungan akan menghasilkan karakter anak yang cepat akrab dengan guru dan teman sekolah. Inilah modal penting dalam meningkatkan kualitas pola pendidikan anak.

Menghindari pihak ketiga dalam proses pembelajaran anak

Dimana-mana pihak ketiga memang selalu mengkhawatirkan. Orangtua milenial tidak bisa mengurus anak, kemudian mempekerjakan pengasuh, minta tolong kepada orangtua untuk merawat cucunya atau menitipkan anak ke tempat penitipan.

Pihak ketiga tersebut sebetulnya bisa dihilangkan apabila salah satu dari orangtua mengalah dalam karir-nya. Anda yang protes mahalnya biaya hidup saat ini, tentu bukanlah orangtua yang memiliki pemikiran panjang mengenai investasi pendidikan anak.

Karena bekal pendidikan terbaik berasal dari orangtua, itu jelas tidak tergantikan. Teknologi bisa saja lebih baik secara teknis, namun orangtua adalah pendidik paling komplit yang pernah ada.

Anda bisa percaya atau tidak, anak yang dekat dengan ibunya memiliki kecerdasan emosional lebih baik ketimbang anak yang sering dititipkan kepada pihak ketiga.

Tentunya sangat menyakitkan bila anak lebih dekat dengan nenek atau pengasuhnya daripada dengan Ibu kandungnya. Bila memang harus bekerja upayakan setengah hari, sisanya adalah waktu anda untuk mengurus anak.

Interaksi antar anak dan orangtua

Lagi, orangtua milenial bisa memanfaatkan teknologi informasi sebagai media kedekatan terhadap anak. Kesibukan dan jarak sudah tidak menjadi penghalang lagi untuk sekedar berkomunikasi dan menciptakan kedekatan.

Curhatan online dari anak harusnya ditagih dengan teknik pendekatan yang alami. Manfaatkan aplikasi chatting dan video call untuk berbagi cerita kecil seputar kesehariannya. Dengan begitu, barulah teknologi bisa dikatakan sebagai alat pembantu kemajuan pendidikan anak.

Hindari gap technology dengan terus belajar

Teruslah membuka diri terhadap inovasi teknologi informasi. Dahulu, orangtua hanya diajari menggunakan papan tulis kapur, buku bergambar dan puzzle kayu saja.

Tetapi kini anak sudah lebih maju daripada orangtuanya dalam hal mencari channel Youtube kesukaan, stalking Instagram idolanya juga membuat status di akun WhatsApp miliknya.

Orangtua milenial tidak pernah tahu hal baru apalagi yang telah dipelajari anak diluar ketika dia sedang mengakses internet. Sementara kita sudah tertinggal dibelakang mereka.

Oleh karena itu jadilah orangtua yang terus belajar dengan teknologi. Jangan apatis dan membiarkan anak “membodohi” anda. Sebaliknya kuasai dan jadikan sebagai alat pembelajaran dan berikan pemahaman terbaik supaya nantinya dia bisa matang dalam menghadapi tantangan global.

Baca juga : Lowongan Kerja Online untuk Pelajar SMA

Kesimpulan

Semoga saja dengan berbagai langkah kongkrit diatas, orangtua milenial bisa meningkatkan perannya dalam proses pendidikan anak.

Karena anak adalah anugerah, memperlakukannya sebagai aset jangka panjang dengan kontribusi maksimal dari orangtua adalah pilihan wajib yang harus dilakukan.

Tulisan ini dibuat atas dasar pemikiran saya dengan referensi dari laman sahabatkeluarga. Juga diikutsertaan ke dalam lomba blog yang diadakan oleh Kementrian Pendidikan dan Budaya Republik Indonesia dengan tajuk #sahabatkeluarga.

Reza Harahap

Reza Harahap adalah owner SIBAKUA. Seorang Blogger, Youtuber dan Investor. Senang belajar bisnis keuangan. Website ini memberikan peluang usaha, ide bisnis, finansial, tutorial, pekerjaan dan contoh informasi yang berguna lainnya.

Share on: